Thursday, 24 October 2024

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

 

Tujuan pembelajaran khusus:
Cgp membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan meta kognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Pertanyaan pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Jawaban:

Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa seorang guru tidak boleh hanya memikirkan akademik dari murid saja. Akan tetapi, ada hal yang jauh lebih penting dari pada itu, yakni karakter. Oleh karena itu seorang pemimpin, baik itu kepala sekolah maupun guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran, sudah seharusnya mempertimbangkan juga rasa empati, etika, maupun bijaksana dalam mengambil keputusan. Proses pembelajaran bukan hanya tentang hasil akademik, tetapi juga tentang membimbing murid dalam memilih apa yang berharga dalam hidup mereka.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Jawaban:

Dalam pengambilan keputusan, guru penggerak memiliki 3 prinsip yang dapat diambil meliputi Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Meskipun demikian, penggunaan prinsip harus sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam dalam setiap guru penggerak.

Agar prinsip-prinsip tersebut dapat memberikan dampak pada lingkungan kita maka setiap situasi memerlukan pendekatan yang berbeda, dan pengambilan keputusan yang bijaksana melibatkan pertimbangan berbagai prinsip ini agar mencapai hasil yang adil, efektif, dan tetap berempati.

Selain itu, kita juga melibatkan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan, baik itu guru, siswa, atau staf. Dengan melibatkan mereka, keputusan yang diambil lebih dapat diterima, efektif, dan relevan dengan kebutuhan seluruh komunitas sekolah.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Jawaban:
Dalam merancang pembelajaran saya menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Hal tersebut untuk menyesuaikan metode dan materi pembelajaran agar relevan dengan gaya belajar murid yang memberikan dampak positif pada capaian mereka. Selain dalam memberikan tugas maupun soal kepada murid juga mempertimbangkan sosial-emosional dan juga pengelolaan waktu yang tepat agar murid tidak merasa terbebani. Saya juga mengambil keputusan untuk menerapkan  media dan teknologi pembelajaran yang inovatif agar  menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan efektif.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Jawaban:

Pendidikan berperan dalam membentuk karakter, di mana aspek kejujuran, tanggung jawab, dan integritas menjadi landasan dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu, pendidikan etis menjadi sangat penting karena keputusan yang saya ambil akan memengaruhi murid, guru, dan komunitas sekolah secara luas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola emosi dan berperilaku dengan etis dalam konteks kepemimpinan dan dalam pengambilan keputusan tidak hanya berdasarkan rasionalitas, tetapi  bertindak adil dan menghargai setiap individu.

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Jawaban:

Filosofi Pratap Triloka khususnya Inggarso Sung Tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru itu harus memberikan teladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka Ing Madyo Mangun Karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.


  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Jawaban:

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai Positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manufestasi dari pengimplementasiaan kompetensi sisoal emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial,dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil kepurusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisisr kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambilApakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebutHal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Jawaban:

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TiIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah kita lakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut telah berpihak pada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jawaban:

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar dikelas maupun di sekolah.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Jawaban:

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar ataupun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan, jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tau bahwa nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik, Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Jawaban:

Pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Jawaban:

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Jawaban:

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid. Maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak pada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Jawaban:

Mengambil keputusan yang digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bjaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak pada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Jawaban:

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi KHD yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam penngambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.


  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Jawaban:

Tentang konsep-konsep yang telah saya pelajari di modul ini, saya memahami bahwa dilema etika dan bujukan moral adalah hal yang berbeda. Dilema etika ketika seseorang menentukan keputusan pada situasi benar lawan benar, dimana keduanya memiliki nilai-nilai kebajikan yang saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral, dimana seseorang menentukan keputusan pada situasi benar lawan salah.

Empat paradigma pengambilan keputusan kebenaran versus loyalitas, individu versus masyarakat, jangka pendek versus jangka panjang, dan keadilan versus belas kasihmemberikan kerangka yang membantu dalam menganalisis konflik yang mungkin muncul.

Dalam pengambilan keputusan, guru penggerak memiliki 3 prinsip yang dapat diambil meliputi Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Kendati demikian, penggunaan prinsip harus sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam dalam setiap guru penggerak.

    Berikut langkah-langkah yang bisa ditempuh sebelum Guru Penggerak menentukan keputusan.

    1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
    2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?
    3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?
    4. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
      • Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
      • Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
      • Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
      • Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik maupun viral di media sosial? Apakah anda merasa nyaman? (Uji Publikasi)
      • Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
    1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
    2. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
    3. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
    4. Apa keputusan yang akan Anda ambil?
    5. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

    Hal-hal yang diluar dugaan saya adalah:
    a. Setelah saya mempelajari modul 3.1, ternyata selama ini kasus-kasus yang saya hadapi sebagai individu maupun warga  sekolah ada yang merupakan kasus dilema etika dan ada pula kasus yang merupakan bujukan moral.
    b. Ternyata dalam mengambil keputusan diperlukan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan, keberpihakan dan dapat dipertanggungjawabkan, dimana harus berdasarkan  4 paradigman keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
    c. Dengan menerapka 9 langlah pengambilan dan pengujian keputusan, keputusan yang diambil telah melalui pertimbangan yang matang, sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik dan paling minim resiko.

    • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
    Jawaban:

    Sebelum mempelajari  modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema yaitu, dilema individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetian, da jangka pendek lawan jangka panjang. Namun, sebelum saya mempelajari modul ini saya membuat keputusan berdasarkan rasa empati dan kasihan, serta melihat manfaat dan resiko yang akan muncul dari pengambilan keputusan tersebut. 

    Perbedaan pengambilan keputusan saya sebelum dan sesudah mempelajari modul ini adalah saya belum menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian dari keputusan yang telah saya buat.


    • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
    Jawaban:

    Pembelajaran pada modul 3.1 ini memberikan dampak yang sangat besar bagi saya dalam mengambil keputusan. Sebelum saya mempelajari modul ini, saya sering merasa khawatir dan ragu atas keputusan yang telah saya buat, apakah keputusan ini adalah keputusan yang tepat atau tidak, dan terbaik atau tidak. Hal ini dikarenakan saya belum mempelajari bagaimana 4 paradigma keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

    Setelah saya mempelajari modul 3.1 ini, saya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan.  Hal ini dikarenakan saya telah melakukan 9 langkag pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya yakin bahwa keputusan yang telah saya ambil adalah keputusan yang memiliki nilai kebijakan, keberpihakan dan dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.


    • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
    Jawaban:

    Sebagai seorang individu dan seorang pemimpin, sangat penting bagi saya mempelajari modul ini. Dengan mempelajari modul ini, saya dapat membedakan kasus-kasus yang saya hadapi dilema etika atau bujukan moral.
    Saya dapat lebih terampil dalam mengambil keputussan terbaik dari permasalahan yang saya hadapi denga memahami 4 paradigma keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan demikian, saya akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang berdasarkan nilai kebajikan, berpihak kepada murid,  dan dapat dipertanggungjawabkan. 


    Friday, 4 November 2016

    Kondisi Sekolah di Sambas Ini Memprihatinkan, Ayo Salurkan Donasi Anda!

    Lihatlah bangunan ini, apakah yang terpikirkan di benak Anda? Ya, inilah tempat dimana siswa MIS Hidayatul Liniyah memperoleh pendidikan. Dinding kayu yang sudah melapuk, menjadi pemandangan yang biasa terhitung 3 tahun sejak sekolah tersebut di dirikan.

    Sekolah berbasis Ibtidaiyah ini terletak di Desa Serunai, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Sayangnya hanya di pandu oleh satu orang guru saja, sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah.

    Kondisi MIS Hidayatul Liniyah dari depan

    MIS Hidayatul Liniyah bukanlah satu-satunya sekolah yang ada di tempat tersebut. Kepala Sekolah yang satu ini, ingin tetap mendirikan sekolah, ia ingin lebih menonjolkan ilmu agama. Dengan dasar itulah, anak-anak yang hanya berjumlah 11 orang saja hingga sekarang masih bertahan.

    Kepala Sekolah/Guru MIS Hidayatul Liniyah, Guru SMKN 1 
    Selakau Timur dan Guru SM-3T  Aceh penempatan
    di SMKN 1 Selakau Timur saat mengunjungi 
    sekolah tersebut.

    Kondisi dinding sekolah yang memperihatinkan, 

    Awalnya sekolah ini, di dirikan di tanah waqaf, karena tanahnya bermasalah, akhirnya di alihkan ke tanah pribadinya.

    Dengan kondisi serba terbatas, hanya terdiri dari 2 kelas saja. Terpaksa setiap kelas di isi oleh murid yang kelasnya berbeda. Saat proses belajar-mengajar pria ini mengajar dengan menggunakan sistem kelas rangkap.

    Ini adalah salah satu potret dari sekian banyak kondisi lembaga pendidikan di Indonesia yang bisa di katakan kurang layak. Lantai beralaskan tanah, dinding yang bolong di tutupi dengan seng bekas, tak membuat anak-anak di sekolah ini berhenti untuk mengejar cita-citanya. 



    Meski bangunan yang memprihatinkan, tidak adanya buku pelajaran, kursi dan meja belajar yang rusak. Di tambah atapnya yang bocor, tak jarang air mengenangi kelas saat hujan. Namun, kita masih bisa melihat senyuman penuh semangat terpancar dari mereka.



    Bagi Anda yang ingin membantu untuk kemajuan sekolah ini, silahkan salurkan ke No. Rekening 146-00-0430984 atas nama Mariati Gi. Sumbangan berupa barang, bisa di kirimkan ke alamat Jln. Ampera, Desa Seranggam, SMKN 1 Selakau Timur, Kode Pos 79452. Banyak atau sedikitnya donasi Anda, sangat membantu untuk memajukan sekolah ini.

    Apa itu SM-3T?

    Sebagian besar, mungkin masih bingung sebenarnya apa sih SM-3T itu? ada 3Tnya lagi? bahkan ada yang berasumsi 3T itu Terpencil, Terdalam, Tertinggal dan sebagainya. Menurut saya tidak ada masalah mengenai asumsi ini. Saat di penempatan, guru SM-3T akan di mengalami pengalaman lebih dari 3T. Kalau gak percaya, coba dech ikutan! ha..ha...ha..

    SM-3T merupakan singkatan dari Sarjana Mendidik di daerah Terluar. Terdepan dan Tertinggal (SM-3T). Di sebut dengan Sarjana Mendidik, di karenakan salah satu syarat mendaftar adalah sudah memperolah gelar sarjana dan lulusan dari  sarjana pendidikan.

    Lambang SM-3T
    Nah, bagaimana dengan 3T? baiklah akan saya uraikan ya. Yang harus diketahui, setiap daerah mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tidak semua daerah tertinggal. Meskipun tergolong dari kategori tertinggal, bisa jadi daerah tersebut juga tergolong terdepan.
    • Terluar atau Terdepan: 
    Daerah Terluar atau Terdepan merupakan daerah yang letaknya berbatasan atau berhadapan langsung dengan negara lain. Kadangkala tanpa terhalangi oleh pulau-pulau lain. Berikut beberapa contoh daerah terluar (Daftar Pulau Terluar di Indonesia).
    • Tertinggal
    Daerah tertinggal adalah daerah yang masih kurang berkembang di bandingkan daerah lain secara nasional. Aspek penilaiannya meliputi perekonomian masyarakat, Sumber Daya Manusia (SDM) serta sarana dan prasarana. Berikut daftar 122 daerah tertinggal di Indonesia tahun 2015-2019, berdasarkan Presiden Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 (Daftar 122 Daerah Tertinggal di Indonesia).

    Baca juga Mengenal lebih dekat program SM-3T

    Wednesday, 2 November 2016

    Siap-Siap Tahun Ajaran Baru, Kemendikbud Terapkan Full Day School

    Dari awalnya kemunculannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy telah mencuri perhatian masyarakat dengan berbagai kebijakan. Salah satunya yakni wacananya untuk memberlakukan Full Day School (FDS). Meskipun FDS atau sekolah seharian penuh ini menuai berbagai kritikan, hingga ada yang membuat petisi menolak di berlakukannya Full Day. Namun, Menteri yang menggantikan Anies Baswedan itu tetap akan menerapkan kebijakan tersebut.

    Menurutnya, selama ini pendidikan non-akademik atau ekstrakulikuler masih kurang dikembangkan di sekolah-sekolah. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) FDS berharap FDS dapat meningkatkan karakter dari setiap siswa, termasuk juga mendalami kurikuler maupun ekstrakulikuler,

    “FDS bukan berarti menghabiskan waktu di sekolah dengan kegiatan-kegiatan belajar mengajar dari kurikulum, namun ada ekstra kulikuler,” ungkapnya saat menyambangi Kaltara pada Selasa (1/11) kemarin. (kaltara.prokal.co)

    FDS : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi
    saat memberikan arahan kepada para guru  dan pemerintah Provinsi Kaltara
    di ruang pertemuan Unikal pada (1/11) kemarin.
    Foto: ERGY CHANRA/ RADAR KALTARA

    Wacana yang di godok oleh Menteri ini bertujuan untuk mengurangi aktivitas anak-anak (SD dan SMP) berada di luar lingkungan sekolah, yang akan berdampak negatif bagi mereka, Apalagi dengan kondisi orangtuanya sibuk bekerja, senantiasa luput untuk mengawasi anak-anaknya. 

    "Dengan sistem Full Day School ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Mendikbud di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8/2016). (kompas.com)

    Saat Full Day School tersebut, anak-anak bisa memanfaatkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sembari menunggu di jemput oleh orang tua mereka saat pulang kerja.

    Muhadjir mengatakan Full Day School telah di lakukan uji coba di 500 sekolah di seluruh Indonesia. Dengan seiring berjalannya tahun ajaran baru, akan semakin bertambah. Angka tersebut belum termasuk sekolah-sekolah yang duluan sudah menerapkan FDS tanpa ada perintah dari Kememdikbud.

    “Ini sudah kita uji coba 500 sekolah dan tahun ajaran baru akan kita tambah 1.500 sekolah,” katanya. (kaltara.prokal.co)

    Tuesday, 1 November 2016

    Kemendikbud: Inilah 15 Game yang Dilarang untuk Anak-anak

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis daftar 15 game kekerasan yang dianggap berbahaya bagi anak-anak.

    Daftar tersebut diriis melalui situs sahabat keluarga (sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id) yang dikelola oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat.

    Situs Sahabat Keluarga merilis daftar game yang dianggap berbahaya untuk anak. Ke 15 daftar game kekerasan tersebut terdiri dari :
    1. World of Warcraft
    2. Call of Duty
    3. Point Blank
    4. Cross Fire
    5. War Rock
    6. Counter Strike
    7. Mortal Combat
    8. Future Cop
    9. Carmageddon
    10. Shelshock
    11. Raising Force
    12. Atlantica
    13. Conflict Vietnam
    14. Bully
    15. Grand Theft Auto

    Kecanduan Game
    Sebagian orangtua masih awam mengenai model atau rating game dan bahkan masih kurang menyadari kira-kira game apa yang cocok di mainkan oleh anak semua umur. 

    Sejatinya, selain sebagai media untuk menghibur, game juga bisa meningkatkan kecerdasan anak-anak. Jika memang game dimainkan adalah game yang berkualitas, akan memberikan dampak positif bagi penggunanya. Banyak sekarang ini game yang bisa di download ataupun di install dari Play Store dan Google Play. Tinggal saja memilih sendiri mana yang memang sesuai. 

    Lengahnya pengawasan orangtua mengenai hal ini akan berdampak buruk bagi anak, Anak-anak akan bebas memainkan game kesukaannya, tanpa mereka mengetahui apakah pantas bagi mereka atau tidak. Salah satu pengawasan yang bisa dilakukan yakni ikut terlibat langsung bersama anak untuk memilih game yang cocok. 

    Berdasarkan hasil studi membuktikan, anak-anak yang memainkan game sesuai dengan umurnya cenderung cepat dalam meengambil keputusan dan berani, berlatihnya dari game.

    Sebaliknya, anak-anak yang terbiasa memainkan game untuk orang dewasa, akan menimbulkan kecanduan karena adrenalin yang terpacu dan bisa berperilaku brutal. 

    Berdasarkan penelitian Iowa State University US memainkan game yang mengandung kekerasan selama 20 Menit, akan dapat mematikan rasa. Dan pada akhirnya, jangan heran nantinya sangat gampang untuk melakukan kejahatan dan hialngnya rasa empati kepada orang lain.

    Sumber: bangka.tribunnews.com

    Monday, 31 October 2016

    Mendikbud Tanggapi Seruan Habib Rizieq Liburkan Sekolah 4 November

    "Mulutmu Harimaumu", mungkin kata inilah yang sesuai untuk menggambarkan sosok Ahok saat ini. Ahok di nilai sudah menistakan agama, saat  berdialog dengan warga di Kepulauan Seribu, Rabu (30/9/2016). Berikut sedikit kutipan pidato Ahok: 

    Jadi enggak usah pikiran 'Ah nanti kalau enggak kepilih pasti Ahok programnya bubar'. Enggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho (orang-orang tertawa-red). Itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya, enggak apa-apa, karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. (detik.com)

    Pasca pidatonya yang telah melukai hati ummat muslim itu. Para ulama, masyarakat dan beberapa ormas islam pada tanggal 4 November nanti sepakat akan menggelar aksi "Bela Islam". Salah satunya Front Pembela Islam (FPI), yang di pimpin oleh Habib Rizieq Syihab akan hadir dalam aksi tersebut.

    Dalam akunnya Twitternya  @syihabrizieq, Habib Rizieq menyerukan kepada Perusahaan, Kantor dan Sekolah  agar di liburkan. "Ayo liburkan segenap pegawai, pekerja, dan pelajar, maupun mahasiswa untuk turun aksi bela Agama dan Negara".


    Habib juga meminta supaya TNI, Polri dan PNS sebagai Garda Bangsa dan Negara juga ikut serta dalam aksi tersebut. 


    Menanggapi himbauan  Habib Rizieq Syihab untuk meliburkan 4 November nanti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Muhadjir Effendy berharap kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan normal.

    "Saya tidak ada pikiran untuk meliburkan. Kita imbau para siswa supaya fokus kegiatan belajarnya," kata Mendikbud Muhadjir Effendy kepada detikcom, Senin (31/10/2016). (detik.com)

    Foto: Mendibud/ Jordan detikcom

    Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini berharap agar kepala sekolah dan para guru menjaga agar aktivitas belajar mengajar berjalan normal. Para siswa juga diminta untuk tetap fokus belajar.



    "Sekolah seperti biasa, proses belajar mengajar tetap berjalan dengan sebaik-baiknya," ujar Muhadjir.

    Data: detik.com


    Alumni SM-3T Aceh Gelar Temu Ramah Dengan Koordinator MSI Indonesia

    Banda Aceh – Alumni Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal  (SM-3T) yang tergabung dalam Masyarakat SM-3T Institute (MSI) Provinsi Aceh menggelar temu ramah dengan Koordinator MSI Indonesia, Akhiruddin Haer pada Jum'at (28/10/2016) yang berlangsung di Keude Kupi Aceh, Banda Aceh.

    Acara yang di hadiri oleh guru SM-3T angkatan II,III, IV dan V  ini bertujuan untuk menginisiasikan  para alumni Pendidikan Profesi Guru (PPG) SM-3T Aceh yang sudah tergabung dalam MSI. Selain itu, juga menjadi ajang silaturrahmi dengan guru muda semua angkatan, baik yang sudah menyelesaikan PPG atau menuju PPG.

    Alumni SM-3T Aceh bersama Koordinator MSI Indonesia

    Ketua MSI Aceh, Zul Ikram mengatakan acara tersebut membahas mengenai kesiapan adik-adik untuk membuat kegiatan SM-3T nantinya di Aceh, sekaligus akan menjadi penerus MSI Aceh. 

    Guru muda dari FKIP Penjaskesrek Unsyiah ini menjelaskan, sudah merancang beberapa program untuk di laksanakan di Pulau Aceh.  Di antaranya adalah Reuni Alumni SM-3T Lintas Angkatan, Inspiring People, Bioskop Rakyat, Taman Baca Gampong, SM-3T Peduli, Pentas Seni, Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran dan beberapa program lainnya.

    Para dasarnya, Guru SM-3T mempunyai tanggung jawab untuk mengabdi di penempatan masing-masing. "Meskipun begitu, guru SM-3T bukan hanya mengajar saja, SM-3T bukanlah guru biasa, banyak hal lainnya bisa kita lakukan untuk pengabdian", ujar Ikram.

    Ikram berharap supaya para MSI Aceh harus saling berkoordinasi, saling bergotong-royong, terus menjalin silaturrahmi agar tetap solid demi kemajuan MSI Provinsi Aceh.

    Alumni SM-3T Aceh bersama Koordinator MSI Indonesia

    Masyarakat SM-3T Institute (MSI) merupakan wadah konsolidatif sebagai penyalur aspirasi dan aktualisasi pengembangan potensi yang mengarah pada disiplin ilmu yang ditekuni. Para keluarga besar peserta SM-3T bekerjasama dengan pemerintah dan lembaga mitra lainnya dalam usaha untuk berpartisipasi aktif mewujudkan penggiatan aksi kemanusiaan dan pemerataan akses pendidikan Indonesia, terutama di daerah yang masih mengalami ketertinggalan untuk mendirikan Yayasan Masyarakat SM-3T. 

    Dan akhirnya pada tanggal 7 Juni 2015 di Makassar dengan Daftar Yayasan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara Republik Indonesia dengan Nomor AHU-0008087.AH.01.12. Tahun 2015 Tanggal 09 Juni 2015 dibentuklah Yayasan Masyarakat SM-3T Institute yang merupakan yayasan kepedulian sosial peserta SM-3T Kemristekdikti. 

    Hingga angkatan Ke-5 ini, program yang di gagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini sudah mecetak lebih kurang 13.595 guru muda SM-3T. 

                                             

    Pages - Menu